Sabtu, 16 Januari 2021

Senyum

Tuhan mentakdirkan penempatan saya di Unesa tempat saya bekerja sebagai hamba kesepian yang harus meramaikan keadaan. Tahun 1999 ketika IKIP Negeri Surabaya (sebelum berubah tahun berikutnya menjadi Unversitas Negeri Surabaya) memanggil saya untuk menjadi punggawanya, senyum kecut sempat menghiasi wajah saya saat sepulang dari kantor pusat di Ketintang tempat pengumuman penerimaan dosen itu ditempel di kotak kaca berputar. Nama saya menyingkirkan setidaknya 8 orang teman se-almamater untuk mengabdi di IKIP. Kecutnya senyum saya membekas sampai menjelang naik angkot ke terminal Joyoboyo. Kecut karena membayangkan doa saya selama ini bisa mengajar di Unair (yang tahun itu belum membuka lowongan filsafat)...😅

Jadilah saya sebagai dosen filsafat di Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan!

Kecut di senyum saya akhirnya saya buang jauh-jauh ke Yogyakarta. Saya ingin ambil jarak dulu dengan kejengahan koridor keilmuan di tempat baru itu. Setahun lebih saya menjadi alien di FPOK - yang kini jadi FIO setelah FIK - sambil menularkan idealisme asing ke mahasiswa-mahasiswa baru di situ, meski terseok-seok dan berkali-kali gagal. Refleksi saya: gagal karena saya tidak PD dan masih selalu merasa aura alien di sosok saya. Tahun 2002 akhirnya saya disokong Indonesia dengan beasiswa kuliah di S2. 

Komputer adalah teknologi penyedia solusi kepribadian saya setelah itu. Saya - yang alien - mulai mendapat tempat di FIK (Fakultas Ilmu Keolahragaan), termasuk mengajari - informal - teman-teman dosen mulai dari cara menghapus karakter di PC hingga menggebuk virus-virus dengan AVG dan kawan-kawannya. Saat mengajar komputer di depan ruang kerja dekanat. Pembantu Dekan 1 FIO yang saat ini menjadi Rektor Unesa menugasi saya mengelola website FIK! Dosen Filsafat di kampus para pejuang olahraga menjadi tokohnya komputer. Senyum kecut saya membayang lagi mengingat ketidakkongruenan ilmu yang saya miliki dengan penempatan itu.

Kali ini bukan kecut-nya, tetapi senyumnya yang saya pikirkan. Sekecut apapun, saya sudah mulai merasa "diterima", "dibutuhkan". Hilanglah aura alien, perlahan mimikri menjadi sosok punggawa FIK. Konfidensi saya berlipat-lipat saat mengajar dan berinteraksi dengan semua orang - terutama mahasiswa. Jika tahun 1999 saya datang karena "undangan" konseptual pasca deklarasi ilmu keolahragaan sebagai ilmu mandiri di Indonesia, tahun 2003-2004 saya "diundang" karena komputer. Senyum kecut sudah berganti manis.. 😇



Tidak ada komentar:

Posting Komentar