Jumat, 22 Januari 2021

Senyum 2010 dan 2011

Senyum masih menjadi hobby saya setelah tahun 2004 lulus sebagai master dari UGM. Pembantu Dekan 3 di FIK yang mengelola urusan kemahasiswaan, ancang-ancang mendelegasikan urusan kemahasiswaan di ajang penalaran ilmiah - sesuatu yang aneh di FIK waktu itu - ke sosok dosen yang kira-kira mau berjuang di penalaran kemahasiswaan FIK. Saya dibidik. Meskipun benar-benar dari nol (karena jangankan FIK, Unesapun juga belum ada gerakan heroik di bidang ini secara sistematis) keterlibatan saya karena rasa senang bergaul dengan urusan kemahasiswaan dimulai. 

Berangkat dari pembimbingan Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi, urusan penalaran melalui wadah bernama Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa (KKTM), yang kelak berganti nama Proram Kreativitas Mahasiswa (PKM) dengan penekanan pada lomba-lomba nasional tentang penulisan ilmiah mahasiswa secara periodik mengharuskan saya berjibaku di dunia kemahasiswaan untuk urusan penalaran ini. Saya yang masih sering bermalam menumpang di kampus, siang dan malam membantu mahasiswa masalah urusan penalaran ini. Seperti biasa, saya tidak berpikir dapat reward apa dari urusan ini. Bekerja apapun seoptimal mungkin, itu kata-kata tertanam entah oleh siapa dan apa bahkan sampai saat ini. Tentu ada kekecewaan dibalik harapan, tentu ada ketidakadilan terasakan, tetapi sudah langsung terkubur begitu bekerja lagi dan lagi. 

Saat saya diminta Pembantu Rektor 3 Unesa mengawal mahasiswa berangkat ke Depok tahun 2009, saya kenal salah satu petinggi mahasisa Unesa untuk Unit Kegiatan Ilmiah Mahasisa (UKIM). Tahun itu juga saya dilantik menjadi pembimbing UKIM mewakili FIK. Tidak lama setelahnya, saya menjadi pembimbing utama UKIM sampai 2012, untuk organisasi kemahasiswaan level universitas yang minim keanggotaan dari Fakultas saya. Sembari mengurusi penalaran FIK, saya juga aktif membimbing UKIM yang secara geografis juah dari FIK, yakni di Ketintang. 

Salah satu pentolan mahasiswa FIK mengajukan PKM dengan saya sebagai dosen pembimbingnya. Mahasiswa - yang saat ini sudah menjadi dosen FIK juga - bersama timnya berhasil lolos sampai berangkat PIMNAS (Pekan Ilmiah Nasional, ajang paling bergengsi penalaran mahasiswa nasional) ke Bali. Banyak cerita yang mungkin akan saya kisahkan sendiri di lain topik, tetapi poin utamanya adalah saya sudah benar-benar berjuang dan bekerja untuk Unesa di luar tugas pokok saya sebagai dosen. Meskipun 6 tim PKM Unesa waktu itu yang berangkat naik bus biasa gagal membawa piala Adhikerta Widya (piala PIMNAS) termasuk tim bimbinganku ini, tetapi bagi saya mereka sudah juara. Senyum 2010 ini harus kuterus-tularkan di tahun-tahun berikutnya.

Anggapan saya juga masih berlaku satu tahun berikutnya. Saya ditugasi mengawal SATU-SATUNYA tim mahasiswa Unesa yang berhasil lolos berangkat PIMNAS waktu itu di Makasar. Antara bangga sebangga-bangganya sebagai pendamping penalaran dari FIK, sekaligus prihatin karena tidak ada fakultas lain di Unesa yang lolos PIMNAS, saya bersama para mahasiswa anggota tim naik pesawat Garuda yang bagi para mahasiswa itu sudah mewah sekali. Sama dengan tahun sebelumnya, tim PKM ini gagal membawa pulang piala. Hanya kebanggaan berlimpah ruah bahwa FIK yang biasanya tidak pernah muncul masalah penalaran ilmiah, akhirnya pecah endoge kedua kali meloloskan satu-satunya tim dari Unesa yang berjuang habis-habisan hingga level PIMNAS. Rektor Unesa waktu itu yang juga mantan Pembantu Rektor 3 dan juga teman kakak almamater UGM saya, ikut blusukan melihat perjuangan mahasiswa ini di kelas. Secara umum dan implisit, genderang penalaran ilmiah mahasiswa sudah ditabuh, bahkan sudah saya tabuh. 

Senyum 2011 itu masih membekas bahkan hingga sekarang. Wakil Rektor 3 Unesa yang dosen FIO (Fakultas Ilmu Olahraga, peralihan FIK), membisikkan saya untuk tetap berjuang di penalaran mahasiswa FIO. Sudah banyak dosen-dosen muda yang paham pentingnya "gila" di bisang penalaran seperti yang saya lakukan. Tetapi Unesa masih mempercayai saya hingga saat ini. 

Senyum memang tidak mungkin selamanya menghiasi wajah, tetapi selalulah tersenyum dalam hati.,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar