Pebruari 2021 saya sudah lepas dari jabatan struktural apapn di Unesa pasca lengsernya saya dari Sekretaris Pusat Studi Literasi.
Sebagai manusia, pasti sesaat ada kejengahan dan kegalauan. Tetapi tidak sampai 2 hari, sebagai dosen biasa sudah saya nikmati penuh rasa syukur. Bukan syukur dalam arti materialisme yang mewabah saat ini, tetapi lebih ke pemahaman spiritual sebelumnya, bahwa Allah tidak akan membiarkan umatnya dalam kesengsaraan jika dia berusaha dan penuh rasa syukur.
Beberapa orang yang berkomentar saat saya dilepas dari LPPM, adalah Prof K, yang memohon ke saya untuk terus membantunya di Literasi. Begitu selesai rapat perpisahan LPPM, kolega FRK juga mengomentari, mengulang apa yang disampaikannya sebelumnya: saya berarti harus fokus mengincar profesor. Ada lagi satu orang terpenting di Unesa, meskipun tidak berkomentar apa-apa, tetapi atas bantuan keuangan yang dia berikan sebelumnya, yaitu dana dalam penelitian kami tentang RI 4.0, saya belikan PC All in One ini ke anak saya, Yarif. Rasa syukur saya bertambah saat sudah kusadari bahwa istri semakin baik ke saya, sudah jarang mengeluh rasa capeknya karena memang tugasnya sebagai istri.
Senyum dalam hati ini semoga abadi dengan rasa syukur dan tawadhu...